PENGANTAR ORGANISASI DAN NILAI KEMASYARAKATAN

Bahan Ajar 1-1

A.         Organisasi
Manusia adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
1.      Beberapa definisi tentang Organisasi:
a.    Menurut Ernest Dale
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu  struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
b.   Menurut Cyril Soffer
Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
c.    Menurut Kast & Rosenzweig
Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
d.   Definisi umum
“Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan”.

2.      Ciri-Ciri Organisasi
a.        Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
b.        Dikembangkan untuk mencapai tujuan
c.         Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun
d.       Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.
3.      Bagan perkembangan teori organisasi

 











a.        Teori Klasik
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19).  Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas.
Dalam teori ini organisasi digambarkan seperti toet piano dimana masing-masing nada mempunyai spesialisasi (do.. re.. mi.. fa.. so.. la.. si..) dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
Adapun defisi organisasi menurut teori klasik adalah bahwa organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kejuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain apabila orang bekerja sama. Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal.
1)   Empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
a.     Sistem kegiatan yang terkoordinasi
b.    Kelompok orang
c.     Kerjasama
d.    Kekuasaan & Kepemimpinan
2)   Empat kondisi pokok ketergantungan suatu organisasi penganut teori klasik:
a.        Kekuasaan
b.       Saling melayani
c.        Doktrin
d.       Disiplin
3)   Empat tiang dasar penting dalam organisasi formal :
a.       Pembagian kerja (untuk koordinasi)
b.       Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
c.        Struktur (hubungan antar kegiatan)
d.      Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
4)   Teori Klasik berkembang dalam 3 Aliran:
a.        Birokrasi yang  dikembangkan dari ilmu sosiologi
b.       Administrasi yang langsung dari praktek manajemen memusatkan aspek makro sebuah organisasi.
c.        Manajemen ilmiah yang   langsung dari praktek manajemen. Memusatkan aspek mikro sebuah organisasi.
Semua teori diatas dikembangkan sekitar tahun 1900-1950. Pelopor teori ini kebanyakan dari sebuah negara berbentuk kerajaan “Mesir, Cina & Romawi”.

a.1. Teori Birokrasi

Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism” dan “The Theory of Social and Economic Organization”, dijelaskan bahwa istilah birokrasi berasal dari kata legal_rasional. “Legal” disebabkan adanya wewenang dari seperangkat aturan, prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas,   sedangkan “Rasional”  karena adanya penetapan tujuan yang ingin dicapai.
Karekteristik-karekteristik birokrasi menurut Max Weber adalah terdapatnya unsur-unsur se bagai berikut :
©      Pembagian kerja
©      Hirarki wewenang
©      Program  rasional
©      Sistem Prosedur
©      Sistem Aturan hak kewajiban
©      Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal


a.2. Teori Administrasi

Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall Urwick dari Eropa  dan James D. Mooney, Allen Reily dari Amerika.
Henry Fayol (1841-1925) adalah seorang industrialis asal Perancis yang pada tahun 1916 menulis sebuah buku “Admistration industrtrielle et Generale” yang diterjemahkan dalam bahasa inggris pada tahun 1926 dan baru dipublikasikan di amerika pada tahun 1940.
Terdapat 14 kaidah manajemen menurut Fayol yang menjadi dasar teori administrasi:
ª      Pembagian kerja
ª      Wewenang & tanggung jawab
ª      Disiplin
ª      Kesatuan perintah
ª      Kesatuan pengarahan
ª      Mendahulukan kepentingan umum
ª      Balas jasa
ª      Sentralisasi
ª      Rantai Skalar
ª      Aturan
ª      Keadilan
ª      Kelanggengan personalia
ª      Inisiatif
ª      Semangat korps.
Lebih lanjut Fayol membagi kegiatan industri menjadi 6 kelompok:
ª        Kegiatan Teknikal (Produksi, Manufaktur, Adaptasi)
ª        Kegiatan Komersil (Pembelian, Penjualan, Pertukaran)
ª        Kegiatan Financial (penggunaan optimum modal)
ª        Kegiatan Keamanan
ª        Kegiatan Akuntansi
ª        Kegiatan Manajerial atau “Fayol’s Functionalism” yaitu:
¨      Perencanaan
¨      Pengorganisasian
¨      Pemberian perintah
¨      Pengkoordinasian
¨      Pengawasan
James D. Mooney & Allen Reilly pada tahun 1931 menerbitkan sebuah buku “Onward Industry”. Inti dari pendapat mereka adalah “koordinasi merupakan factor terpenting dalam perencanaan organisasi”. Tiga prinsip yang harus diterapkan dalam sebuah organisasi menurut mereka adalah:
ª      Prinsip Koordinasi
ª      Prinsip Skalar & Hirarkis
ª      Prinsip Fungsional

a.3. Manajemen Ilmiah

Dikembangkan tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor yang mendefinisikan  bahwa manajemen ilmiah adalah “Penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi” atau “Seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efesiensi kerja”. F.W. Taylor menuangkan ide dalam tiga makalah. Dari tiga makalah tersebut lahir sebuah buku yang terkenal yaitu “Scientific Management”.  Berkat jasa-jasa yang sampai sekarang konsepnya masih dipergunakan pada praktek manajemen modern maka F.W. Taylor dijuluki sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”.
Empat kaidah manajemen menurut Frederick W. Taylor adalah :
ª      Menggantikan metode kerja dalam praktek dengan metode atas dasar ilmu pengetahuan.
ª      Mengadakan seleksi, latihan dan pengembangan karyawan
ª      Pengembangan ilmu tentang kerja, seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah perlu intregasikan.
ª      Perlu dikembangkan semangat dan mental karyawan untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah

b.   Teori Neoklasik
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran neoklasik yang disebut juga dengan “Teori Hubungan Manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada  “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”.
Hugo Munsterberg adalah salah tokoh neoklasik pencetus “Psikologi Industri”. Hugo menulis sebuah buku “Psychology and Industrial Effeciency” tahun 1913. Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu dalam organisasi dan mengingatkan adanya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi.
Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan Elton Mayo, seorang ahli riset dari Western Electric,  menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah kondisi kerja karyawan dipandang sebagai factor penting untuk peningkatan produktifitas.
Dalam pembagian kerja,   pengikut pandangan neoklasik menganggap perlu adanya :
ª      Partisipasi
ª      Perluasan kerja
ª      Manajemen bottom_up
c.       Teori Modern
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori modern sering disebut dengan teori “Analiasa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan neokalsi.
Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsure organisasi sebagai satu kesatuan  yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Perbedaan utama antara Teori Modern dengan Teori Klasik adalah sebagai berikut :
a.      Teori Klasik memusatkan pandangan pada analisa dan deskripsi organisasi sedangkan Teori Modern menekankan pada perpaduan & perancangan sehingga terlihat lebih menyeluruh.
b.      Teori Klasik membicarakan konsep koordinasi, scalar, dan vertical sedangkan Teori Modern lebih dinamis, sangat komplek, multilevel, multidimensi dan banyak variable yang dipertimbangkan.
B.   Nilai Kemasyarakatan
Fungsi organisasi senantiasa dilandasi oleh dorongan spiritual yang terkandung dalam tujuannya. Fokus utama dari tujuan organisasi publik adalah pada kreasi dan distribusi kandungan nilai-nilai kemasyarakatannya.
a.      Persepsi Nilai Kemasyarakatan
Menurut Volgens Moore (1994), gagasan tentang nilai kemasyarakatan  dapat diisi dengan berbagai cara yang salah satu wacaanya, yang muncul pertama kali adalah mempersamakan nilai kemasyarakatan itu dengan melaksanakan pesan-pesan politik. Bagi para manager organisasi publik, sudut pandang pemikiran demikian boleh jadi terdenganr lebih akrab.  Tugas pokok para manager organisasi publik adalah mengemban amanah untuk mengaktualisasikan tujuan utama yang telah ditentukan dengan cara yang efektif dan efisien.
Sebagai ilustrasi, dunia politik selalu harus memformulasikan tujuan-tujuannya, termasuk nilai-nilai kemasyarakatan yang terkandung dalam tujuan tersebut. Sementara itu para manager organisasi publik merinci pelaksanaan tujuan utama sebagaimana yang telah ditentukan. Dalam realitas, tujuan utama yang telah ditetapkan itu sedemikian abstrak dan samar-samar sehingga tidak menggambarkan kenyataan sebenarnya tentang nilai kemasyarakatan yang hendak diwujudkannya. Upaya-upaya untuk mengatasi masalah inipun perlu dilakukan sebgai berikut :
Yang pertama, para manager organisasi publik dan politisi meminta bantuan para ahli strategi managemen atau para perumus kebijakan untuk merinci yang dimaksud dengan nilai kemasyarakatan yang pada akhirnya dapat menjadi tolok ukur tingkat profesionalismenya. Kekuatiran yang muncul adalah bahwa penafsiran tentang rincian nilai kemasyarakatan hanya dipandang dari sudut keilmuan para perumus kebijakan saja.
Yang kedua adalah mempercayakan kepada para praktisi birokrat untuk merumuskan penjabaran dari nilai-nilai kemasyarakatan, misalnya adalah bahwa seorang jenderal memiliki kapasitas yang akurat tentang berapa  kebutuhan biaya latihan untuk satu bataliyon tempur. Contoh lain adalah bahwa direktur Rumah Sakit dianggap memiliki kapasitas yang tepat untuk menentukan penambahan berapa orang perawat dibutuhkan setiap tahun untuk standard RS Daerah Kabupaten.
Yang ketiga adalah mekanisme penentuan sudut pandang yang lebih rasional untuk menindaklanjuti gagasan nilai kemasyarakatan, yaitu keterampilan teknik menganalisis. Tehnik ini melakukan anilisis sampai ke proses evaluasi sampai sejauh mana kadar terwujudnya upaya merealisasikan nilai kemasyarakatan itu. Teknik-teknik dimaksud adalah teknik analisis niaya dan manfaat (benefit cost ratio) dan analisis penggunaan anggaran (performance budget).
Yang keempat adalah mekanisme yang dapat melahirkan penafsiran edukatif terhadap nilai kemasyarakatan, yaitu sudut pandang kepuasaan pelanggan atau kepuasa stakeholders. Aktualisasi nilai-nilai kemasyarakatan organisasi publik ini harus dapat dirasakan secara langsung oleh stakeholder secara individu. Yang meragukan adalah apakah organisasi publik dijalankan sepenuhnya berdasarkan orientasi kepada kepuasaan stakeholders. Namun demikian kepuasan pelanggan ini jangan dipandang sebagai langkah yang final. Yang utama adalah bahwa organisasi publik harus berpijak atas keutuhan penyelenggaraan tugas kemasyarakatan. Kepuasaan pelanggan bukanlah output atau tujuan akhir melainkan hanya bagian dari proses.
Moor (1995) menegaskan bahwa nilai kemasyarakatan adalah pengertian bermakna ganda yang sulit untuk didefinisikan. Konsep nilai kemasyarakatan merujuk pada nilai-nilai yang diciptakan oleh organisasi publik melalui public services dan public goods. Dalam nuansa demokratisasi, akhirnya secara tuntas kandungan dari konsep nilai kemasyharakatan didefinisikan oleh rakyat sendiri.
Pengutamaan terhadap warga masyarakat yang diexpresikan melalui beragam cara dan diadopsi melalui serangkaian regulaasi, kelak akan menentukan persepsi mengenai nilai kemasyarakatan. 
b.     Strategi Penciptaan Nilai Kemasyarakatan



















PENGUATAN AUTORISASI
DAN LEGITIMASI
1.   Hub. dg. Stakeholders;
2.   Visibilitas dan legitimasi pada warga masyarakat;
3.   Hub. dg. Organisasi publik lain-
nya dan pejabat pemerintah;
4.   Reputasi di media;
5.   Nilai kepercayaan pada para
Pelaku masy. Lainnya.




 
 



S



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendorong Wirausaha (2)

ANALISIS TONGGAK-TONGGAK SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

HUBUNGAN PSIKOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN