Mengapa Kewirausahaan (2)
Bahan 10
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN
- Keuntungan
dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
a.
Keuntungan menjadi wirausaha adalah:
1)
Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki sendiri.
2)
Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan
serta potensi seseorang secara penuh.
3)
Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan
keuntungan secara maksimal.
4)
Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan
usaha-usaha konkrit.
5)
Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
b.
Kelemahannya
1)
Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul
berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti
wirausaha telah menggeser resiko tersebut.
2)
Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang.
3)
Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya
berhasil, sebab dia harus berhemat.
4)
Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan
yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang
dihadapinya.
C.
Kebutuhan Akan Wirausaha
Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara
akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah
penduduknya. Jadi, jika negara kita berpenduduk 200 juta jiwa, maka
wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta. Katakanlah jika kita hitung
semua wirausahawan Indonesia mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan besar
ada sebanyak 3 juta, tentu bagian terbesarnya adalah kelompok kecil-kecil yang
belum terjamin mutunya dan belum terjamin kelangsungan hidupnya
(kontinuitasnya).
Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai
naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran
untuk menaklukkan cara berpikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai
peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima
hal, yaitu:
a.
Pengenalan barang dan jasa baru;
b.
Metode produksi baru;
c.
Sumber bahan mentah baru;
d.
Pasar-pasar baru; dan
e.
Organisasi industri baru.
Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata
disponsori oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang,
berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci
keberhasilan pembangunan negara Jepang. (Heidjrachman Ranu P., 1982: 12).
Jika negara kita harus menyediakan 3 juta wirausahawan besar dan sedang,
maka kita masih harus mencetak 30 juta wirausahawan kecil. Ini adalah suatu
peluang besar yang menantang generasi muda untuk berkreasi, mengadu
keterampilan membina wirausahawan dalam rangka turut berpartisipasi membangun
negara.
- Pendidikan
Kewirausahaan dan Pelatihan
a.
Kewirausahawan
bias diajarkan?
Beberapa puluh tahun yang lalu ada pendapat yang mengatakan bahwa
kewirausahaan tidak dapat diajarkan. Akan tetapi sekarang ini Entrepreneurship
(Kewirausahaan) merupakan mata pelajaran yang dapat diajarkan di
sekolah-sekolah dan telah bertumbuh sangat pesat.
Di negara maju pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang
luar biasa. Pengusaha-pengusaha baru ini telah memperkaya pasar dengan
produk-produk baru yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak
20 juta wirausahawan baru, mereka menciptakan lapangan pekerjaan baru. Demikian
pula di Eropa Timur, wirausahawan ini mulai bermunculan. Bahkan di negeri
China, yang menganut paham komunis, mulai membuka diri terhadap lahirnya
wirausahawan. Universitas Beijing, menghapuskan mata kuliah Marxis, dan
menggantinya dengan mata kuliah kewirausahaan.
Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir
ini. Demikian pula di negara kita pengetahuan kewirausahaan diajarkan di
sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi dan di berbagai kursus
bisnis. Jadi kesimpulannya kewirausahaan dapat diajarkan. Berikanlah para siswa
penanaman sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat
mereka menjadi seorang wirausaha yang berbakat.
b.
Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bertumbuh pesat di Eropa dan
Amerika Serikat baik di tingkat kursus-kursus ataupun di Universitas. Mata
kuliah enterpreneurship diberikan dalam bentuk kuliah umum, ataupun dalam
bentuk konsentrasi program studi. Beberapa mata kuliah yang diberikan bertujuan
antara lain:
1)
Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem
perekonomian
2)
Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan
3)
Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan
4)
Mengerti perencanaan produk dan proses pengembangan
produk
5)
Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan
menciptakan kreativitas serta membentuk organisasi
kerjasama
6)
Mampu mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber
7)
Mengerti dasar-dasar; marketing, financial,
organisasi, produksi
8)
Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa
depan
Masalah
Kewirausahaan di Indonesia
Menakertrans: Untuk Maju, Indonesia
Harus Tambah Wirausahawan
Penulis : Kontributor Surabaya,
Achmad Faizal | Sabtu, 13 Oktober 2012
SURABAYA, KOMPAS.com - Jumlah wirausahawan di Indonesia saat ini
tercatat masih 0,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
238 juta orang. Jumlah itu dinilai masih minim, karena untuk menjadi negara
maju dan berdaya saing tinggi, setidaknya dibutuhkan lebih dari 2 persen
wirausahawan dari total jumlah penduduk. ''Karena itu, Kemenakertrans
berkomitmen untuk mendukung program-program peningkatan kualitas dan kuantitas
kewirausahaan, yang mencetak pengusaha-pengusaha muda,'' kata Menakertrans
Muhaimin Iskandar saat membuka Gelar Wirausaha Produktif di Supermall Pakuwon
Surabaya, Sabtu (13/10/2012).
Menurutnya, industri
kreatif telah teruji kehandalannya di tengah krisis ekonomi tahun 1998 lalu,
dan mampu bertahan tanpa tergantung kondisi moneter internasional. ''Semangat
kewirausahaan yang inovatif, kreatif dan berdaya saing juga mampu menciptakan
lapangan kerja baru sehingga mengurangi pengangguran,'' kata Ketua DPP PKB ini.
Karena itu, Kemenakertrans akan menggelar pelatihan wirausaha di 33 provinsi
seluruh Indonesia. Ditargetkan, sesuai RPJM 2010-2014, bakal ada 40.000
wirausaha baru sukses yang merupakan program prioritas nasional. Untuk
meningkatkan kualitas wirausaha dan sektor UMKM dan koperasi, Kemnakertrans pun
mengadakan pendekatan pengembangan manajemen kewirausahaan, pendampingan,
bimbingan konsultasi, pemasaran, teknologi, produksi, pengelolaan keuangan dan
bimbingan desain dan kemasan. ''Sinergitas antar lembaga juga kita bangun,
diantaranya dengan Ciputra, Asian Productivity Organization (APO), ILO, Kadin,
Apindo, PJI, IWAPI, dan HIPMI,'' jelasnya.
Wirausaha Produktif yang
berlangsung hingga Minggu (14/10/2012) besok diikuti 76 stand usaha kreatif
dari berbagai daerah, termasuk perwakilan pengrajin dari Desa Tutul, Kecamatan
Balung, Kabupaten Jember yang berhasil menggerakkan perekonomian warga desa
melalui industri kerajinan tangannya.
Suryo: Dorong Angkatan Kerja Muda
Jadi Wirausahawan
Penulis : Ester Meryana | Rabu, 16 Mei 2012 |
00:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang
Sulisto mengatakan, jumlah wirausahawan di Indonesia sangat tertinggal di
antara negara-negara tetangga, yakni hanya 0,2 persen dari jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa. Oleh sebab itu, kata Suryo, angkatan
kerja muda perlu didorong untuk menjadi wirausahawan.
"Padahal, suatu negara
dikatakan makmur jika jumlah entrepreneur sedikitnya 2 persen
dari jumlah penduduk," sebut Suryo, di Jakarta, Selasa (15/5/2012).
Menurut dia, jumlah
wirausahawan perlu ditingkatkan sebagai bagian penting dalam strategi baru
untuk mengatasi pengangguran. Strategi baru ini harus disertai perubahan peran
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam struktur ekonomi nasional.
"Kita perlu mendorong angkatan kerja muda untuk menjadi entrepreneur daripada
terus berharap menjadi karyawan," sambung dia.
Dikatakan Suryo, perlu
kebijakan yang eksplisit untuk mendorong UMKM sebagai penampung tenaga kerja.
Contohnya, pada tahap awal perlu dipikirkan kemungkinan untuk menerapkan pajak
final khusus untuk UMKM. UMKM pun perlu diberikan akses khusus terhadap sumber
pendanaan perbankan. "Bank Koperasi, Tani, dan Nelayan (BKTN) yang pernah
ada di Indonesia serta bank-bank khusus sejenis perlu dihidupkan kembali,"
tuturnya.
Menpan: Bukan Saatnya Lagi Berpikir
untuk Jadi PNS
Senin, 14 Mei 2012 | 15:05 WIB
PALEMBANG, KOMPAS.com
- Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan) Azwar Abubakar menyatakan,
sudah saatnya generasi muda harus berpikir untuk menjadi pengusaha daripada
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Apalagi, pemerintah telah menerapkan
moratorium di setiap instansi pemerintahan dari pusat hingga ke daerah.
"Saya dulu waktu lulus kuliah diterima sebagai PNS lewat jalur kampus saya
tolak dan lebih memilih menjadi wirausahawan. Maka generasi muda saat ini
jangan pernah berpikir untuk menjadi pegawai, tapi berpikirlah menjadi bos atau
yang mempunyai pegawai dengan berwirausaha sejak dini," kata Azwar di
Palembang Senin (14/5/2012).
Di negara maju, ucap Azwar,
sebagian besar generasi mudanya tidak berpikir untuk menjadi pegawai
pemerintahan tetapi bagaiman menjadi pengusaha yang tangguh. Akan tetapi, di
Indonesia masih banyak anak muda yang bersekolah dengan tujuan menjadi pegawai
dan tidak bisa menikmati berbagai program ekonomi yang ditawarkan pemerintah
melalui 6 koridor yang telah dicanangkan. "Program percepatan ekonomi 6
koridor itu harus dimanfaatkan benar-benar generasi mudah Indonesia sehingga
tidak hanya menjadi pekerja saja tetapi menjadi tuan rumah di negerinya
sendiri. Masa kita bikin program untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah
malah yang menikmati warga negara lain," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama,
Azwar yang juga sebagai Ketua DPP Partai Amanat Nasional ini, mengatakan,
sebanyak lebih dari 1.200 anak muda Sumatra Selatan mengikuti seleksi calon
wirausahawan muda yang diadakan PAN di Palembang hari ini. Palembang dipilih
sebagai salah satu kota ajang pencarian calon wirausahawan muda dikarenakan banyak
sekali potensi ekonomi di Sumatra Selatan yang masih belum tergarap secara
optimal. “Kita melihat besarnya potensi di Sumsel terutama Palembang ini harus
dimanfaatkan secara optimal oleh putra daerah guna menunjang kemajuan
perekonomian,” jelasnya
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat hingga triwulan I/2012 pertumbuhan (growth) ekonomi Sumsel terkontraksi atau mengalami perlambatan sebesar -0,7 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tahun 2011. Terkontraksinya pertumbuhan triwulan I/2012 lebih disebabkan oleh berakhirnya momen Sea Games yang berlangsung di triwulan IV/2011. Azwar menjelaskan perlambatan sebesar - 0,7 persen tersebut dapat dikejar dengan penciptaan lapangan kerja baru yang akan dilakukan oleh calon wirausahawan muda binaan PAN . “Mereka ini nantinya akan mendapatkan pendampingan sehingga bisa menjalankan roda bisnis nya. Dan pada akhirnya bisa menggenjot ekonomi daerah yang sempat turun sebesar 0,7 persen,” tegasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat hingga triwulan I/2012 pertumbuhan (growth) ekonomi Sumsel terkontraksi atau mengalami perlambatan sebesar -0,7 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tahun 2011. Terkontraksinya pertumbuhan triwulan I/2012 lebih disebabkan oleh berakhirnya momen Sea Games yang berlangsung di triwulan IV/2011. Azwar menjelaskan perlambatan sebesar - 0,7 persen tersebut dapat dikejar dengan penciptaan lapangan kerja baru yang akan dilakukan oleh calon wirausahawan muda binaan PAN . “Mereka ini nantinya akan mendapatkan pendampingan sehingga bisa menjalankan roda bisnis nya. Dan pada akhirnya bisa menggenjot ekonomi daerah yang sempat turun sebesar 0,7 persen,” tegasnya.
Indonesia
Butuh Jutaan Wirausaha Baru
Penulis : Orin Basuki | Sabtu, 13 Agustus 2011 | 14:05 WIB
TASIKMALAYA,
KOMPAS.com — Upaya
menambah jumlah wirausaha di Indonesia tidak pernah mudah karena seorang
wirausaha baru membutuhkan keberanian. Keberanian dibutuhkan karena dunia usaha
itu tidak pernah pasti.
Indonesia itu membutuhkan
wirausaha sedikitnya setara dengan 4 persen dari jumlah penduduk. Namun, saat
ini, baru ada 0,4 persen dari jumlah penduduk. Jadi, Indonesia membutuhkan tambahan
jutaan wirausaha baru.
-- Hatta Rajasa
"Indonesia
itu membutuhkan wirausaha sedikitnya setara dengan 4 persen dari jumlah
penduduk. Namun, saat ini baru ada 0,4 persen dari jumlah penduduk. Jadi,
Indonesia membutuhkan tambahan jutaan usahawan baru," ujar Menteri
Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu
(13/8/2011), dalam kunjungan kerjanya.
Hatta
memberikan tips menjadi wirausaha sukses dengan menekankan pada empat prinsip
yang harus dipegang dan diperjuangkan.
Di hadapan
lebih dari 1.115 orang, prinsip pertama yang diungkapkan untuk menjadi
pengusaha sukses adalah harus dapat mengembangkan sikap wirausaha yang
menampilkan percaya diri sebagai modal utama.
Kedua,
pengusaha harus memiliki prinsip dan motivasi yang besar untuk mengubah keadaan
agar semakin baik dan terus menjadi lebih baik.
Ketiga, harus
berusaha dan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan diri dengan
memaksimalkan segala potensi yang dimiliki serta mengoptimalkan semua jejaring
yang terus diperluas.
Keempat,
pengusaha sejati harus memiliki modal utama berupa semangat kerja keras pantang
menyerah dan punya mimpi (cita-cita besar).
Hatta yakin,
dengan pegangan keempat prinsip tersebut, Indonesia akan memiliki banyak sekali
wirausaha yang tangguh dalam waktu 10 tahun ke depan.
Pemerintah
akan terus berupaya untuk semakin memudahkan lingkungan bisnis agar semakin
kondusif bagi pelaku usaha. Salah satunya, dia menjanjikan kemudahan akses
terhadap permodalan/pinjaman bank tanpa dibebani agunan melalui kredit usaha
rakyat.
Pendidikan
Pendidikan
Harus Ubah Persepsi Kewirausahaan
Penulis
: | Senin, 25 Juli 2011 | 08:30
WIB
NUSA DUA,
KOMPAS.com -
Pendidikan di Indonesia harus mampu mengubah cara pandang yang semula bekerja
sebagai pegawai, menjadi wirausaha. Perubahan ini harus ditanamkan sejak
anak-anak memasuki sekolah tingkat taman kanak-kanak.
Pengusaha
senior Ciputra mengemukakan hal itu kepada wartawan, seusai menjadi pembicara
dalam Pertemuan Kewirausahaan Regional di Nusa Dua, Bali, Sabtu (23/7). Dalam
pertemuan yang diselenggarakan Global Entrepreneur Program (GEP) bermitra
dengan Global Entrepreneur Program Indonesia (GEPI), hadir wirausaha dari
Indonesia dan 11 investor dari Amerika Serikat yang tergabung dalam Angel
Investor.
Ciputra yang
tercatat sebagai salah seorang pendiri GEPI berpendapat, saat ini, seorang anak
yang duduk di TK justru diajar untuk selalu patuh. Anak itu tidak diajarkan
berpikir kreatif. Akibatnya, pikiran untuk selalu menurut terbawa hingga
dewasa. ”Maka dari itu, cara pandang harus diubah menjadi bagaimana cara
menjadi wirausaha mandiri yang kreatif,” ujarnya.
Saat ini,
jumlah wirausaha di Indonesia sekitar 450.000 orang atau sekitar 0,18 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini masih jauh dari ideal, yakni 2
persen dari jumlah penduduk. Persentase ini kalah jauh dibandingkan sengan
Singapura yang wirausahanya 7,2 persen dari jumlah penduduk, Amerika Serikat
sekitar 12 persen, dan Malaysia 3 persen....
SEMINAR
DIPANEGARA
Nilai
Perjuangan Perkuat Pendidikan Karakter
Senin, 25 Juli 2011 |
04:02 WIB
Jakarta, Kompas
- Nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan Pangeran Dipanegara pada masa
kolonialisme seyogianya ditanamkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
melalui pendidikan karakter di sekolah. Hanya saja metode pembelajaran
pendidikan karakter harus berbeda dari pendidikan Pancasila yang selama ini
tidak menggugah inspirasi siswa.
Hal itu mengemuka dalam
”Seminar Nasional Perjuangan Pangeran Dipanegara”, Sabtu (23/7), di Jakarta.
Ketua Harian Komite
Nasional Indonesia untuk Unesco Arief Rachman mengatakan, sikap Pangeran
Dipanegara yang peduli kepada rakyat miskin, patriot, ksatria, dan jujur sangat
relevan dengan kondisi masa sekarang.
Hasil seminar itu
merekomendasikan perubahan metode pembelajaran sejarah di sekolah. Sejarah
harus menjadi mata pelajaran wajib di seluruh jenjang pendidikan.
Mantan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro juga menyarankan sejarah menjadi mata
pelajaran wajib. Bahkan seharusnya penelitian-penelitian tentang sejarah harus
semakin intensif.
Penulis buku Babad
Diponegoro, Peter Carey, mengatakan, yang perlu dicontoh adalah sikap tegas dan
kejujurannya.
Sejarawan Taufik Abdullah
juga mengingatkan, pahlawan bukan aktor sejarah, melainkan personifikasi
nilai-nilai ideal.
Saat ini, Universitas
Diponegoro sedang meneliti perjalanan Pangeran Dipanegara. (LUK)
Komentar
Posting Komentar