Pendorong Wirausaha (1)
Bahan 11
Faktor
Pendorong Wirausaha (1)
- Dorongan Merintis Wirausaha
a.
Aspek utama
Di Amerika ada
budaya keinginan seseorang untuk menjadi bos sendiri, memiliki peluang
individual, menjadi sukses dan menghimpun kekayaan, ini semua merupakan aspek
yang utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan. Di negara lain mungkin motivasi mendirikan bisnis
bukan mencari uang yang utama akan tetapi ada motif-motif lain dibalik itu. Ada
pula motivasi menjadi wirausaha didorong oleh lingkungan yang banyak dijumpai
berbagai macam perusahaan seperti di daerah Silicon Valley (California). Lingkungan
seperti ini sangat mendorong pembentukan kewirausahaan.
Di lingkungan
Silicon Valley dijumpai ratusan perusahaan kebanyakan bergerak dalam bidang
komputer dan elektronik yang selalu menghasilkan produk-produk baru. Mereka
bersaing secara rutin, dan kondisi mereka selalu stabil, mereka tidak
terorganisasi dalam alam birokrasi. Situasi organisasi semacam ini oleh para
ahli diistilahkan dengan ‘adhocracy‘ sebagai lawan dari birokrasi. Ada
pekerjaan spesialis, sedikit ikatan komando, tidak ada struktur organisasi yang
jelas. Pengambilan keputusan bersifat desentralisasi. Mereka memiliki budaya
kerja tinggi, saling percaya, penuh keyakinan. Semua ini membuat pekerjaan
sangat efektif.
An adhocracy is an organizationin which there are
few specialized jobs and little required adherence to the chain of command.
Organization charts are usually a set of common beliefs and sense of common purpose-a
“culture.” This culture helps hold the employees together and helps ensure that
the work of the firm is done effectively. (Schoell, 1993:235)
Dalam aspek lain
keberanian membentuk kewirausahaan didorong oleh guru sekolah, sekolah yang
memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang praktis dan menarik dapat
membangkitkan minat siswa untuk berwirausaha, seperti di negara maju. Dorongan membentuk wirausaha juga datang dari teman
sepergaulan, lingkungan famili, sahabat dimana mereka dapat berdiskusi tentang
ide wirausaha masalah yang dihadapi dan cara-cara mengatasi masalahnya. Pendidikan formal dan pengalaman bisnis kecil-kecilan
yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi potensi utama untuk menjadi
wirausaha yang berhasil. Oleh sebab itu dikatakan entrepreneur are not born-they develop. (Hisrich-Peters, 1995)
b.
Beberapa Faktor Kritis Untuk Memulai Usaha Baru
Ada beberapa faktor kritis yang berperan dalam membuka usaha baru yaitu:
1)
Personal, menyangkut aspek-aspek kepribadian
seseorang.
2)
Sociological, menyangkut masalah hubungan dengan
family dsb.
3)
Environmental, menyangkut hubungan dengan lingkungan
(Bygrave, 1994:3)
Apabila seseorang mempunyai ide untuk membuka suatu usaha baru maka dia
akan mencari faktor-faktor lain yang dapat mendorongnya. Dorongan-dorongan ini
tergantung pada beberapa faktor antara lain faktor famili, teman, pengalaman,
keadaan ekonomi, keadaan lapangan kerja dan sumberdaya yang tersedia.
Faktor Sosial yang berpengaruh terhadap minat memulai bisnis ini ialah
masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Orang yang berumur 25 tahun akan
lebih mudah membuka bisnis dibandingkan dengan seseorang yang berumur 45 tahun,
yang sudah punya isteri, beberapa anak, banyak beban, cicilan rumah, biaya
rumah tangga dan sebagainya. Di samping ini ada lagi faktor sosial lainnya yang
berpengaruh.
Faktor lain yang berpengaruh dalam membuka bisnis ialah pertimbangan
antara pengalaman dengan spirit, energi dan rasa optimis. Biasanya orang–orang
muda lebih optimis, energik, dibandingkan dengan orang-orang yang sudah
berumur. Oleh sebab itu, pembukaan usaha sebaiknya dilakukan pada saat
seseorang memiliki rasa optimis dan sudah dipertimbangkan secara matang.
- Latar Belakang Wirausaha
a.
Lingkungan
Keluarga Semasa Kecil
Ini dapat dilihat
dari anak nomor berapa, orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Namun apabila
memperhatikan anak nomor berapa terdapat hasil yang berbeda dari beberapa
penelitian, misalnya para eksekutif wanita cenderung berasal dari anak nomor
satu dari sekian bersaudara, mereka ini memperoleh perhatian istimewa sewaktu
kecil, dan self confidence nya tinggi. Tapi ada pula penelitian yang tidak menemukan perbedaan signifikan terhadap
para pengusaha wanita dan pria apakah dari kelahiran nomor satu atau bukan.
Lingkungan dalam
bentuk “role models” juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Role models
ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga yang lain (kakek,
paman, bibi, anak), teman-teman, pasangan, atau pengusaha yang sukses yang
diidolakannya. Dorongan teman cukup berpengaruh terhadap semangat membuka suatu
usaha, karena kita dapat berdiskusi lebih bebas, dibandingkan dengan orang
lain, teman bisa memberi dorongan, pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu
takut terhadap kritikan. Lingkungan professional juga dapat diminta bantuan,
seperti biro konsultan bisnis, mencakup keuangan, pemasaran, promosi dan
sebagainya, asosiasi berbagai badan asosiasi bisnis, mentor, instruktur, dosen
atau guru bisnis.
Terhadap pekerjaan
orang tua, seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja
sendiri, dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula.
Keadaan ini seringkali memberi inspirasi pada anak sejak kecil. Situasi seperti
ini akan lebih diperkuat lagi oleh ibu yang juga ikut berusaha. Orang tua ini
cenderung mensupport serta mendorong keberanian anaknya untuk berdiri sendiri.
Suasana dorongan ini sangat penting artinya bagi calon wanita pengusaha.
b.
Pendidikan
Banyak orang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan para wirausaha, agak rendah dibandingkan
dengan rata-rata populasi masyarakat. Namun ini tidak begitu signifikan, karena
tingkat pendidikan juga penting bagi wirausaha, terutama dalam menjaga
kontinuitas usahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi diperlukan
tingkat pendidikan yang memadai. Pada saat memulai usaha, tingkat pendidikan
tidak memegang peranan penting, malahan banyak diantara pengusaha adalah orang-orang
drop out seperti Andrew Carnegie, William Durant, Henry Ford. Menurut Hisrich
hampir 70% dari wanita pengusaha pernah mengenyam pendidikan diploma, atau S1,
kebanyakan dalam bahasa Inggris, psikologi, bidang pendidikan, dan sosiologi,
ada pula yang berasal dari disiplin engineer, science dan matematik. Kemudian
melengkapi pengetahuan dalam bidang finance, perencanaan strategis, marketing,
manajemen, komunikasi, menulis dan berbicara yang lancar.
c.
Nilai-nilai
(values) Personal
Dari segi personal
values agak sulit mebedakan keberhasilan seorang pengusaha yang gagal. Namun
menurut Hisrich ada value yang bersifat umum yang dapat diamati sebagai
karakteristik keberhasilan dalam berwirausaha yaitu:
1)
Keinginan
menghasilkan superior produk,
2)
Layanan berkualitas
terhadap konsumen,
3)
Fleksibel,
serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar,
4)
Kemampuan
dalam manajemen (high calibre management),
5)
Memiliki
sopan santun dan etika dalam berbisnis.
d.
Usia
Satu hal yang perlu
diingat ialah entrepreneurial experience is one of the best predictors of
success. Oleh sebab itu kebanyakan wirausahawan berumur antara 22 sampai 55
tahun. Memulai usaha diluar usia ini tidak ada masalah, namun yang bersangkutan
kurang dalam pengalaman, atau terlambat dalam melangkah.
e.
Riwayat
Pekerjaan
Untuk memulai suatu
usaha adakalanya seseorang memerlukan trigger, yang bersumber dari pekerjaan
sebelumnya. Mungkin saja seseorang tidak puas dengan pekerjaan yang sekarang,
tidak ada peluang untuk maju, tidak ada kemungkinan naik pangkat, atau konflik
di tempat kerja, ini semua dapat memicu seseorang memulai rintisan usaha
sendiri. Atau sebagai akibat rasionalisasi, perampingan perusahaan, kena PHK,
ada pesangon yang dapat dijadikan modal. Banyak pula wirausahawan yang sudah
bekerja sekian tahun, sudah memiliki skills dan pengetahuan seluk beluk usaha
yang ia tekuni, dan selama ini bakatnya terpendam kurang tersalurkan, maka ia
memutuskan minta berhenti dan membuka usaha sendiri. Kebanyakan mereka yang
memiliki motif intrinsik begini lebih berhasil dalam merintis dan mengembangkan
usaha.
Komentar
Posting Komentar