Mempertimbangan Usaha Baru (Bahan 2)
Bahan 13
Mempertimbangan
Usaha Baru
- Menilai Peluang Membuka Usaha Baru
Kadang-kadang
seseorang yang ingin membuka usaha baru didorong oleh rasa optimis berlebihan.
Untuk menetralisir rasa optimis berlebihan tersebut, perlu dilakukan evaluasi.
Bagaimana cara mengevaluasi peluang tersebut? Atau sekurang-kurangnya orang
lain tertarik ikut serta dalam investasi yang akan dilakukan, misalnya para
penanam modal, atau partner lain yang akan diikut sertakan. Masalahnya banyak
issu berkembang bahwa hanya satu dari 10 usaha baru yang akan sampai pada ulang
tahunnya yang kesepuluh dan perusahaan lainnya mati di tengah jalan. Ini
mengingatkan kita akan kehati-hatian, tidak gegabah asal membuka usaha baru
saja, tetapi harus memperhitungkan segala kemungkinan yang akan dihadapi antara
lain, teman yang akan diajak kerjasama, karyawan pembantu, sumber modal,
komoditi yang akan dijual, dan kemungkinan daya serap pasar dan sebagainya.
Ada tiga komponen
utama yang harus diteliti untuk membuka usaha baru yaitu seperti dinyatakan
oleh Bygrave: There are three crucial components for a successful new business:
the opportunity, the entrepreneur (and the management team) and the resources
needed to start the company and make it grow (Bygrave 1994:10).
Dalam gambar di
atas diperlihatkan betapa banyaknya ketidakpastian dalam membuka usaha baru,
yaitu ketidakpastian antara wirausahawan yang memiliki ide mendirikan usaha
baru dengan peluang yang ia harapkan, kemudia antara wirausahawan, peluang
dengan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun sumber daya
non manusia. Oleh sebab itu, perlu disusun suatu gambaran fits dan gaps,
bagaimana menggambarkan kesenjangan yang terjadi dan kesesuaian yang mungkin
dibuat, dan memanfaatkan peluang yang tampak oleh pengambil inisiatif inilah
yang disebut dengan bisnis plan, dimana digambarkan ketiga komponen utama
tersebut dipadukan menjadi suatu perencanaan strategis sempurna. Jadi disinilah
pentingnya seorang pengambil inisiatif, seorang yang memiliki ide cemerlang
yang dapat mereka laksanakan.
George Doriot
seorang penanam modal menyatakan: Always consider investing in a grade A man
with a grade B idea. Never invest in a grade B man with a grade A idea
(Bygrave, 1994: 11). Dalam hal ini, Doriot menekankan bahwa yang penting adalah
segi manusianya bukan idenya, karena ide itu akan dilaksanakan oleh orang yang
bersangkutan, yang akan menentukan keberhasilan usaha di kelak kemudian hari.
Akan lebih baik lagi bila ide yang baik tadi dilaksanakan oleh orang memiliki
kemmapuan yang tinggi pula. Sebab ide itu harus dikembangkan dan
diimplementasikan, dioperasionalkan di lapangan. Jadi, ini adalah hal penting
yang akan membangun dan mengembangkan suatu bisnis.
Jadi dalam hal ini
bukan hanya mengandalkan pada nasib baik. Nasib baik itu memang juga ada, akan
datangnya nasib baik itu bukan mendadak kebetulan, akan tetapi merupakan titik
temu, yang dikatakan oleh Bygrave (1944: 11) So in entrepreneurship, just like
any other profession, luck is where preparation and opportunity meet. Dalam hal
ini ada titik temu antara persiapan yang baik dengan peluang yang tersedia.
Alam kehidupan bangsa kita yang beragama, nasib baik, merupakan titik temu
antara berusaha dan berdoa. Kita berusaha mencapai sukses, dan kita berdoa
kepada Allah SWT, agar diberi kelancaran dalam melakukan usaha.
Insya Allah pada
suatu saat datanglah nasib baik itu, yaitu adanya peluang dari segala penjuru
yang kita tidak bisa membayangkan sebelumnya. Sumber rizki itu sulit diduga,
tetapi kita harus berusaha dan berdoa untuk memperolehnya. Allah menyatakan bahwa
apabila sumber rizki itu dibukakan kepada sesorang, maka tak seorang pun bisa
menutupnya. Begitu pula apabila sumber rizki ditutup oleh Allah maka tak
seorang pun mampu membukanya. Kata kuncinya di sini ialah berusaha dan berdoa.
Bagaimana tata cara berdoa yang baik dan benar dapat dipelajari melalui
kitab-kitab agama.
- Kepemimpinan Wirausaha
Dalam kaitannya
dengan organisasi atau suatu kegiatan usaha, kata pemimpin mengacu pada posisi
seseorang yang secara formal memiliki status tertentu melalui pemilihan,
pengangkatan, keturunan, revolusi, atau cara lain. Jadi, kepemimpinan mengacu
pada perilaku yang ditunjukkan seseorang atau banyak orang dalam suatu kelompok
dengan maksud mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan, proses, atau fungsi yang digunakan dalam
memengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Pada suatu kegiatan, kepemimpinan merupakan upaya membantu diri
sendiri atau orang lain mencapai suatu tujuan.
Fungsi pemimpin
adalah mengarahkan, membina, mengatur, dan menunjukkan orang-orang yang
dipimpin supaya mereka senang, sehaluan, serta terbina menurut terhadap
kehendak dan tujuan pemimpin. Kegagalan seorang pemimpin dalam melaksanakan
tugasnya menunjukkan kegagalan pemimpin sendiri.
a.
Pemimpin berorientasi tugas
Seorang pemimpin
yang mempunyai orientasi tugas cenderung menunjukkan pola-pola perilaku sebagai
berikut:
1)
Merumuskan
secara jelas perannya sendiri maupun peranan stafnya.
2)
Menetapkan
tujuan-tujuan yang sukar, tetapi dapat dicapai dan memberitahukan kepada orang
apa yang diharapkan dari mereka.
3)
Menentukan
prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur pencapaian
tujuan itu, yakni tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
4)
Melaksanakan
peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan, membimbing,
dan mengendalikan kegiatan yang berorientasi tujuan.
5)
Berminat
mencapai peningkatan produktivitas.
b.
Pemimpin berorientasi orang
Pemimpin yang
sangat berorientasi pada orang cenderung menunjukkan pola perilaku sebagai
berikut:
1)
Menunjukkan
perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan
ketegangan, jika timbul.
2)
Menunjukkan
perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi.
3)
Menunjukkan
pengertian dan rasa hormat atas kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan, dan ide
bawahan.
4)
Mengupayakan
komunikasi timbal balik yang baik dengan staf.
5)
Menerapkan
prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi para karyawan.
6)
Mendelegasikan
kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
7)
Menciptakan
suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
Pemimpin yang
orientasi orangnya tinggi belum tentu merupakan orang yang ramah dan sosial,
melainkan mereka dapat menangani pelbagai macam orang dengan efektif. Dalam
hubungan mereka dengan karyawan, mereka cenderung memberi nasihat,
mengoordinasi, mengarahkan dan mengambil inisiatif daripada mengkritik,
melarang dan menghakimi. Mereka bersifat membujuk ketimbang menghukum. Mereka
memberikan pengaruh kuat dan pengarahan yang kuat namun dengan cara yang tidak
menimbulkan dendam.
- Kepribadian pemimpin
Sifat-sifat
kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena sifat ini berbeda-beda setiap
orang. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Wirausahawan adalah
individu-individu yang telah mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri.
Jika kita meniru secara buta seorang pemimpin lain, maka bakat dan keterampilan
kepemimpinan kita tidak akan pernah berkembang sepenuhnya. Kepribadian kita akan ikut memengaruhi perilaku
kepemimpinan kita. Pekerjaan kita sekarang harus dapat memberikan sejumlah
peluang untuk mempraktikkan kepemimpinan. Situasi untuk meningkatkan
kepemimpinan dapat ditemui dalam kegiatan sehari-hari, dalam pergaulan kita
dengan karyawan. Cara yang baik untuk mempraktikkan keterampilan kita adalah
dengan menyadari adanya peluang untuk menunjukkan kemampuan kita memimpin dalam
kegiatan sehari-hari.
Pemimpin biasanya
bersedia menerima tantangan yang mengandung risiko maupun peluang yang besar.
Seorang pemimpin mengerti tugas keseluruhan yang harus dicapai dan sering
memutuskan cara baru yang inovatif untuk mencapainya. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik yaitu memperlakukan orang lain sebagaimana kita
ingin diperlakukan. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandang
orang lain akan mengembangkan sebuah tepo
seliro.
a.
Fungsi kepemimpinan
Fungsi yang harus
disampaikan seorang pemimpin usaha di antaranya:
1)
Koordinasi,
yaitu seorang pemimpin harus mampu menjalin koordinasi yang baik antar kegiatan
dan antar-organisasi.
2)
Pengarahan,
yaitu seorang pemimpin harus mampu memberikan pengarahan yang benar supaya
tidak terjadi penyimpangan dan keterlambatan terhadap strategi dan kebijakan
organisasi yang telah ditetapkan.
3)
Komunikasi,
yaitu seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi (komunikatif) baik terhadap
atasan maupun bawahan.
4)
Konsultasi,
yaitu seorang pemimpin harus mampu mengembangkan sikap konsultatif ke atas dan
ke bawah dan memupuk keterbukaan.
5)
Pelayanan,
yaitu seorang pemimpin harus rendah hati dan mampu memberi pelayanan yang baik
dan memuaskan.
b.
Tipe kepemimpinan
Beberapa tipe
pemimpin menurut posisi dan tugas kepemimpinannya adalah:
1)
Pemimpin
eksekutif, adalah menerjemahkan kebijakan perusahaan menjadi suatu kegiatan
yang bersifat operasional.
2)
Pemimpin
penengah ialah pemimpin yang cenderung menginginkan supaya setiap keputusannya
dilaksanakan dengan taat.
3)
Pemimipin
penganjur, yaitu berfungsi sebagai alat propaganda sebagai juru bicara, atau
pengarah opini.
4)
Pemimpin
ahli, ialah kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan pada bidang di mana terdapat
fakta yang menyangkut pada keahlian yang dimilikinya.
5)
Pemimpin
diskusi, ialah kepemimpinan yang dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan
demokratis, dia bukan lagi seorang eksekutif, melainkan seorang pemimpin
diskusi.
c.
Karakter
Kepemimpinan Wirausaha
d.
Prinsip
umum dari kepemimpinan yang baik adalah: semakin besar perhatian kita pada
karyawan kita, semakin keras mereka bekerja untuk kita. Karakter yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha pada jiwa kepemimpinan wirausaha yaitu:
1)
Keberanian
untuk bertindak (Dare to Act).
2)
Membangun
Tim yang Baik (Good Team Leader).
3)
Menjadi
Pendengar yang Baik (Eager to Learning).
4)
Berani
Mengambil Risiko.
5)
Having
Mentor.
6)
Pikiran
yang Terbuka (Open Minded).
7)
Adanya Kepercayaan (Trusted).
Komentar
Posting Komentar