UMJ - B e r p i k i r


Bahan XIII

  1. Bahasa dan Berpikir
Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan cirri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, hewan tidak. “Bahasa” hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. “Bahasa” hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa manusia dapat member nama kepada segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal lain yang abstrak, diberi nama. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian. Dengan singkat, karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir. Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berpikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir itu, Plato pernah mengatakan dalam bukunya Sophistes “berbicara itu berpikir yang keras (terdengar), dan berpikir itu adalah “berbicara batin”.
  1. Apakah Berpikir Itu?
Dalam arti yang terbatas berpikir itu tidak dapat didefinisikan. Tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir. Berpikir adalah satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang kita kehendaki. Cirri-ciri yang terutama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti: anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan. Sebagai contoh, kita lihat. Mula-mula warna itu hanya pada benda kongkret yang kita hadapi dan merupakan bagian dari keutuhan yang tidak dapat dilepaskan. Sekarang warna itu sendiri kita pandang, dan kita pisahkan dari keseluruhan bungkus rokok. Dengan demikian dalam arti luas kita dapat mengatakan: Berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi. Berpikir erat hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan: tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan. Tanggapan memegang peranan penting dalam berpikir, meskipun adakalanya dapat mengganggu jalannya berpikir. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam berpikir, karena memberikan pengalaman-pengalaman dari pengamatan yang telah lampau. Pengertian, meskipun merupakan hasil berpikir dapat member bantuan yang besar pula dalam proses berpikir. Perasaan selalu menyertai pula; ia merupakan dasar yang mendukung suasana hati, atau sebagai pemberi keterangan dan ketekunan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah/persoalan.
  1. Pendapat Beberapa Aliran Psikologi tentang Berpikir
a.    Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Aliran psikologi asosiasi berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan, keinginan dan berpikir, semua berasal/terjadi karena bekerjanya tanggapan-tanggapan. Keaktifan pribadi manusia itu sendiri diabaikannya.
b.    Aliran Behaviorisme: berpendapat bahwa “berpikir” adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan “buah pikiran”. Jadi menurut Behaviorisme “berpikir” tidak lain adalah berbica.
c.    Psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai peranan yang besar dalam berfikir. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa proses berpikirpun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain, merupakan suatu kebulatan.
Psikologi ini memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Jika dalam diri seseorang timbul suatu masalah yang harus dipecahkan, terjadilah terlebih dahulu suatu skema/bagan yang masih agak kabur. Bagan in dibanding-bandingkan dengan skema. Bagian Gestalt dalam bagan itu benar-benar diamati. Orang mencari bagian-bagian yang belum tampak dalam kebulatan yang dihadapi. Sekonyong-konyong bagian yang dicarinya itu muncul sehingga tak terasa kekosongan lagi. Apa yang dicarinya telah diketemukan. M asalah yang dihadapi terpecahkan.
Proses berfikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sbb.:
1)  Timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan.
2)  Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah.
3)  Pengelolaan atau pencernaan , fakta diolah dan dicernakan.
4)  Penemuan atau pemahaman, menemukan cara memecahkan masalah.
5)  Menilai, menyempurnakan dan mencocokan hasil pemecahan.
6)  Jalannya berfikir ditentukan bermacam-macam faktor antara lain bagaimana seseorang memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang itu dan bagaimana kecerdasan orang tersebut. Suatu masalah yang sama dipecahkan berbeda oleh setiap orang. Hasilnyapun berbeda.
  1. Beberapa Macam Cara Berpikir
Dalam berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami. Dalam hal ini orang dapat mendekati masalah itu melalui beberapa cara:
a.    Berpikir Induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi.
Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung kepada representative atau tidaknya sampel yang diambil yang mewakili fenomena keseluruhan.Makin besar jumlah yang diambil berarti makin representatif, dan makin besar pula taraf dapat dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu; dan sebaliknya.
b.    Berfikir Deduktif
Berfikir dari yang umum menuju ke yang khusus. Bertolak dari teori atau prinsip atau kesim pulan yang  dianggap benar dan bersifat umum. Contoh :
·       Manusia semua akan mati (umum)
·       Tesa ada;lah manusia (khusus)
·       Tesa akan mati (deduksi)

c.    Berfikir analogis
d.    Berfikir Analogis
Berfikir dengan jalan menyhamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa terjdi. Contoh :
·                   Setiap jam 11.00 Bogor bercuaca mendung
·                   Sejam kemudian hujan turun
Suatu saat jam 11.00 Bogor bercuaca mendung dan tentunya akan hujan satu jam kemudian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS TONGGAK-TONGGAK SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

Pendorong Wirausaha (2)

Pendorong Wirausaha (1)